Mengenal Upacara Adat Nemlaai
dari
Kecamatan Long Pahangai
Kab.Kutai Barat Propinsi Kalimantan Timur.
Aku ini keturunan dari dua darah, darah Banjar Bakumpai dari
ayahku sedangkan darah Dayak suku Bahau dari ibuku. Ibuku adalah putri tertua
dari kakek Adjang Djo Kepala Adat dari Kampung Long Lunuk masuk Kecamatan Long
Pahangai di Hulu Mahakam sana. Dari darah Banjar Bakumpai inilah keluarga Haji
Abdoeraoef beranak pinak di kota Samarinda dan Tenggarong, sehingga familiku
hampir ada disepanjang sungai Mahakam. Hubungan kekeluargaan kami sangat rukun,
dimanapun bertemu mesti baru kenal pasti akan menjadi akrab. Di Samarinda
bahkan ada persatuan Arisan keturunan Haji Abdoeraoef dan setiap bulan ada
pertemuan pria dan wanita, dari yang muda-2 sampai yang tua-2. Kalau kebetulan
aku berkunjung
ke Samarinda pasti aku diundang atau dijemput oleh sanak family,
dan ramai dan riuhlah suara kami. Tentu
saja bahasa yang dipakai bahasa Banjar, termasuk aku tidak semua kami bisa
berbahasa Bakumpai yang berasal dari Kalimantan Selatan itu. Tapi kami yang
blasteran ini pastilah mengerti dan faham serta bisa mengucapkan beberapa kata.
Pada waktu acara makan-2, waahhh….bermacam penganan Banjar dihidangkan,termasuk
juga kue-2nya. Pasti yang tak ketinggalan adalah Soto Banjar yang terkenal itu.
Meskipun aku mempunyai keluarga Banjar yang lumayan besar dan
tingkat ekonominya juga bermacam-macam, aku tak pernah lupa suku Dayak yang
mengalir dalam tubuhku. Di Samarinda juga tak sedikit famili Bahauku menetap,
asal saja bertemu atau mereka tak segan memperkenalkan diri pastilah kami akan
menjadi akrab. Aku ini sudah termasuk golongan tua, jadi tentu saja aku tak
bisa mencari mereka satu persatu. Ternyata tak sedikit juga keluarga Dayak
Bahau yang sudah kukenal, terutama saudara sepupuku B.BLAWING BELAREQ Kepala Adat Besar Kecamatan Long Pahangai. Aku
memang sudah lama kenal dia ketika usianya masih remaja, dia sering bersama
ayahnya BELAREQ menginap di Long Iram rumah kami. Ketika masih muda dia bolak
balik mengarungi sungai Mahakam membawa hasil hutan terutama Rotan, langsung
dijual ke Samarinda. Selain itu aku juga kenal dekat dengan suami istri Om DING
JUAN yang terkenal karena sering menjual obat-2 alami Dayak dan herbal
kepelosok pedalaman. Aku memanggil paman padanya karena dia masih saudara
sepupu ibuku, meskipun usia kami tak jauh berbeda tapi aku selalu
menghargainya.
Maka ketika aku mengadakan kunjungan survey untuk bukuku
DARI LONG IRAM SAMPAI LONG APARI,
berikutnya buku kisah perjalanan mengarungi jeram-2 Mahakam yang ganas yang
berjudul PERJALANAN KE HULU MAHAKAM, aku dan rombongan mengajak Om Ding
sebagai Pemandu kami. Beliau bertubuh tambun dan tinggi, berewokan dengan
bulu-2 yang sudah mulai memutih memenuhi wajahnya. Tak heran kalau adikku
Rusmala memberi gelar kepada beliau KERA
SAKTI, cocok dengan pembawaannya yang kocak dan selalu bercanda. Tambah tua
tetapi beliau tetap gesit dan masih mempergunakan sepeda motor tuanya keliling
menjajakan obatnya disekitar Barong Tongkok dan Melak. Bahkan kekampung-kampung
nama beliau cukup dikenal. Beliaulah yang menjadi penasehat dan pelindung kami
dirimba dan hutan sepanjang memudiki sungai Mahakam. Rombongan kami tidak
banyak, dua suami istri Bhimo dan Jamal peserta dari Balikpapan. Mereka yang
sangat antusias dan bersemangat sekali untuk ikut serta dalam survey ini, Bhimo
pria yang cukup cerdas dan istrinya yang
tabah dan berani yang selalu mendampingi aku sejak dari Jakarta. Jamal adalah
pemuda Balikpapan, teman Bhimo yang dengan ikhlas meninggalkan kesibukannya dan
menyatu dengan kami. Aku sendiri sebagai Ketua dan penyandang dana meskipun
usia sudah diatas 65 tahun tak mau kalah, apalagi panggilan hati nurani sering
mengimpikan perjalanan ini. Syukurlah suamiku Harry Moerdani sangat mendukung,
masalah biaya tak menjadi soal baginya yang penting “mama” bahagia katanya .
Dari Long Iram aku membawa seorang kenalan yaitu Pak Amir yang kuyakin sangat
perlu tenaganya. Dengan orang-2 tenaga dan pengalaman minim inilah, kami dengan
menyewa sebuah Long Boat menuju ke Long Bagun. Aku sudah dua kali mengarungi
sungai Mahakam dan berkenalan dengan jeram-2nya mautnya ini tetapi aku belum jera,
cita-2ku untuk membuat sebuah buku tentang kampung halaman ibuku ini harus
terlaksana. Dan aku percaya kepada Om Ding bahwa ia bisa kuandalkan.
Demikianlah kisah mengapa aku punya keterkaitan dengan suku
Dayak Bahauku ini. Ketika bung Korrie meminta aku membuat sebuah cerpen tentang
adat istiadat suku Bahau aku kebingungan.Aku sering mendengar kisah dari mulut
ibuku tentang adat-2 suku Bahau ini apalagi beliau memang pernah menjadi Tetua
Adat membantu sang Ayah, tetapi tak pernah kucatat begitupun mengenai keakhlian
beliau mengobati orang-2 sakit yang minta pertolongan pada beliau. Para sanak
saudara dan kenalan, sangat menyayangi kelalaianku ini, karena setelah ibu
berpulang pasien-2 beliau masih saja datang mencari beliau.
Aku teringat saudara
sepupuku B.Blawing Belareq aku datang kepadanya, sambil mengunyah sirihnya dia
tersenyum padaku.
“Tolong dong dik, aku
juga ingin agar peninggalan adat ini jangan dilupakan. Anak-2 cucu kita harus
punya pengetahuan tentang adat ini. “Aku terus merayunya, tiba-2 ia berdiri dan masuk kekamarnya membawa seberkas
surat guntingan Koran.
“Ini saja kakak baca dan ambil bahan dari sana,karena kalau aku bercerita
tak cukup waktu. “katanya sambil menyerahkan guntingan Koran padaku. Aku sangat
berterima kasih, bahan ini harus kuselamatkan ujarku dalam hati. Kemudian aku
pamit pada suami istri yang baik itu.
Semoga bahan ini dapat menjadi pengetahuan bagi kita semua
betapa besarnya nilai adat nenek moyang kita itu,diantara ribuan adat-2 suku lainnya yang ada dibumi
Nusantara kita inilah salah satu diantaranya.
**
---------------------------------------**
PENDAHULUAN.
PENGERTIAN :
Nemlaai adalah ungkapan dari berbagai macam keberhasilan
kemenangan dan kesatriaan. Nemlaai berasal dari bahasa anak suku Dayak Long
Glad, yang artinya menang, adat ini dilaksanakan khusus untuk kaum pria.
Upacaranya harus memakai bahan pokok
khusus yaitu :
a. Kepala manusia yang dipenggal dari
kemenangan dalam pertempuran.
b. Kepala Orang Hutan, karena menurut
kepercayaan suku Dayak Long Glad binatang ini keturunan manusia.
c.
Kepala
Ben’u (Hiko). Bahasa Busang = sejenis kera kecil (Indonesia). Juga binatang ini
jelmaan anak keguguran Dewa dari Kayangan.
LATAR BELAKANG :
Suku Long Glad mempercayai, bahwa ada kekuatan yang sangat
mempengaruhi kehidupan manusia khususnya pria. Bahwa manusia harus mengadakan
hubungan timbal balik dengan kekuatan
tersebut melalui tata cara upacara adat, salah satu diantaranya adalah adat
Nemlaai.
Nemlaai adalah upacara adat menurut
kepercayaan Suku Dayak Long Glad mengandung nilai dan kekuatan yang tinggi yang
berasal dari Tuhan (Tapennyui) maupun dari roh-roh lain, sehingga dengan melaksanakan adat Nemlaai ini mereka
terhindar dari malapetaka dan memperkuat daya tahan tubuh sehingga dapat
mengusai segala tantangan agar menjadi seorang pria perkasa
yang gagah berani dan tidak kenal menyerah dalam segala hal baik dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari maupun dalam menaklukan musuh dalam
kehidupan.
TUJUAN :
Mengesahkan / mengukuhkan.
1. Nemlaai ma’ aaic anak pria :
Untuk pertama kali anak boleh
dipotong rambutnya.
2. Nemlaai penbih :
Untuk anak yang remaja, agar si
remaja sudah didewasakan, melalui upacara ini si remaja boleh melirik si gadis (boleh pacaran dan kawin ).
3. Nemlaai Seksi :
khusus bagi tamu/pendatang yang akan
menetap disuatu desa adalah sah menjadi warga desa tersebut.
4. Nemlaai ne kenainz :
Untuk boleh memakai busana pusaka yang bernilai sakral/tuah dll.
5. Nemlaai lemlai’ penguin :
Untuk orang - orang yang kembali dari
perjalanan jauh selamat dan berhasil
kedesa asalnya.
6. Nemlai empesak eak :
Untuk melepaskan masa berkabung jika
diantara keluarga yang meninggal dunia.
7. Pakaian Nemlaai :
Berbeda-beda jenis topi yang dipakai
sesuai dengan upacara adat Nemlaai yang
diikuti dan jasa orang tersebut,atau semacam pangkat dalam kemilitan.
8. Bunyi-bunyian / music dan
lemaluq ivoi :
a. Memberikan kepada roh leluhur, roh
penolong bahwa kita melaksanakan adat
Nemlaai.
b. Untuk mengelabui hal-hal yang
bersifat tantangan yang dianggap tabu dalam melaksanakan adat Nemlaai.
c.
Untuk
menyemarakkan suasana adat Nemlaai.
d. Untuk mengenal jenis kegiatan / acara
apa yang dibuat dalam adat Nemlaai karena ada beberapa jenis nada bunyi-bunyian.
e. Lemaluq Ivoi : Lagu Kemenangan. Lemaluq
Ivoi ini dilagukan selama adat Nemlaai
berlangsung.
PELAKSANAAN UPACARA ADAT NEMLAAI:
Pelaksanaan sesungguhnya 7 hari,
dengan upacara tertentu dan pada hari tertentu pula.Pada perkembangan terakhir
urutan upacara ini semakin dimodifikasi dengan mempersingkat waktu (hari)
dengan tidak mengurangi urutan dan makna upacara adat Nemlaai itu sendiri. Ini
Urutan pelaksanaan upacara ini adalah sebagai berikut :
Pendahuluan : Neq Pie Nyehuun :
(membuat pondok/kemah pertapaan).
I.
Leq
Nyehuun : upacara berkenaan dengan suara burung saic, (burung Jantung).
Pertanda buruk, baik.
a. Neq posa Nyehuun ;mermbuat kemah / kemah..
b. Nyehui Kehoung : Memanggang kepala.
c.
Engkaainy : pembersihan diri.
d.
Nyekiit : memotong tengkorak ( menyerang musuh secara simbolis).
II.
Enggiin
mainy : singgah didesa (kampung).
a. Ngen’guih kenainz : mengganti
pakaian.
b. Nyekiit : memotong tengkorak
(menyerang musuh secara simbolis ).
c.
Leg
peleq laai : mengambil oleh-oleh.
d. Ngenha : melepaskan pantangan agar
boleh istirahat, merokok,menyirih dll.
III.
Nyengngiin
: Berdoa.
a. Nyekiieng : mendoakan tiap-tiap
peserta menurut tingkat adat Nemlaai.
b. Ngejuinz / Kuai hainz : menari
bersuka ria.
c.
Petjaap
: Latihan perang.
d. Muinz :Makan siang peserta Nemlaai.
e. Neq doung : Menyanyikan lagu
kemenangan dan mohon kesejahteraan umat manusia.
IV.
Neq
Saaok : Kayu pertanda pengesahan upacara adat Nemlaai.
a. Enjaap saaok : menimpas kayu pertanda
pengesahan.
b. Ngejuiny : menari bersuka ria.
c.
Leq
leguiny : piknik ke karangan.
d. Enjuek : Lagu syukuran sebagai tanda
sudaah dapat berkumpul dengan keluarga.
JENIS KEGIATAN
Peserta adat nemlaai berangkat kepondok
pertapaan. Ibu-ibu dikampung dengan kaki diluruskan kedepan dan tangan diantara kedua paha sambil berdoa
mohon keselamatan untuk peserta adat Nemlaai.
I.
Leq
Nyehuun : mendengar suara burung.
a. Neq pooa nyehuun :
menyalakan api dipondok pertapaan , seorang
tokoh menyalakan api dengan memakai macis dari batu (macis zaman dulu ).
Setelah itu mendengar suara burung
hisit agar supaya dapat mengetahui baik atau buruk dalam melaksanakan adat
Nemlaai.
b. Nyehui kehoung :
beberapa orang tokoh memanggang
tengkorak agar supaya tengkorak itu menjadi kering.
c. Engkaainy : pembersihan diri (bagi
peserta pemula).
Didalam upacara engkaainy ini diadakan
pembersihan diri dari segala mala petaka, kesialan, kegagalan,pokoknya segala
sesuatu yang menghambat keberhasilan dalam kehidupan.
Seorang tokoh memimpin seluruh
peserta membaca mantra (berdoa) pembersihan diri, dan semua peserta memegang
daun afung lai ( daun kayu meritam ) dan dicelupkan kedalam telur ayam dan
dioleskan pada badan masing-masing.
d. Nyekiit : menyerang musuh secara
simbolis.
Didalam upacara ini seorang tokoh
memimpin semua peserta untuk memotong,menombak,menyumpit tengkorak adat Nemlaai.
II.
Engiin
mainz.
Semua peserta Nemlaai pulang
kekampung menuju dermaga rumah adat.
a. Ngenguih kenainz (ganti pakaian ).
Ibu-ibu keluarga adat Nemlaai yang
ada dikampung membawa pakaian peserta adat Nemlaai untuk dibawakan di dermaga
rumah adat. Di dermaga rumah adat ini juga diadakan:
-
acara
pembersihan diri (peserta pemula).
-
acara
pengguntingan rambut anak laki-laki.
-
acara
anak remaja yang baru ikut adat Nemlaai.
-
acara
tamu yang menjadi warga tetap desa.
b. Nyekiit : menyerang musuh secara adat
simbolis.
Seorang tokoh memimpin peserta adat
Nemlaai yang baru masuk adat Nemlaai, dan tamu yang akan menjadi warga desa
untuk memotong, menombak, menyumpit tengkorak adat Nemlaai. Setelah itu seluruh
peserta adat Nemlaai menuju serambi besar rumah adat , dan warga desa tidak
boleh melintas didepan atau memotong barisan peserta adat Nemlaai.
c. Leq peleq laai.
Setelah sampai diserambi besar rumah
adat ibu-ibu dan gadis remaja telah menunggu peserta adat Nemlaai untuk
mengambil oleh-oleh. Ibu-ibu dan gadis remaja mengambil salah satu alat perta
adat Nemlaai seperti parang,tombak,sumpit, perisai untuk dibawa pulang
kerumahnya. Setelah itu keluarga adat Nemlaai pergi mengambil alat-alat peserta
adat Nemlaai dirumah-rumah ibu-ibu/gadis remaja yang mengambil alat peserta adat
Nemlaai.
Oleh-oleh yang dibawa adalah berupa
salah satu keperluan pakaian wanita seperti baju wanita, kain, taah dll. Karena
sebelum alat-alat ini diambil kembali pelaksanaan acara adat Nemlaai belum
dapat dilaksanakan.
d. Ngenha.
Didalam acara ngenha ini seorang
tokoh mendoakan bahan yang akan dimasak,seperti beras,telur,dimasak didalam
satu ruas bambu ,dan bahan tersebut tidak ditunggu sampai masak betul karena
makanan ini adalah makanan santapan.
Santapan ini diberikan kepada semua
peserta, setelah itu disantapkan kepada tengkorak adat Nemlaai, tambur, tiang besar,
dermaga rumah adat dan lain-lain.
Setelah acara santapan ini selesai
maka peserta adat NemLaai dapat istirahat menyirih, merokok dll.
III.
Nyengnglin
: Berdoa.
a. Nyekieng ; Berdoa menurut tingkat
adat Nemlaai.
Didalam upacara nyekieng ini
masing-masing mendoakan menurut tingkat keturunan dan tingkat didalam upacara
adat Nemlaai dan didepan sudah tersedia lagaa’ (keranjang bamboo), dibawahnya
tergantung rahang babi.
1. Tingkat keturunan.
Bangsawan, tokoh masyarakat dan
rakyat biasa
2. Tingkat dalam acara adat Nemlaai.
-
Tingkat
anak remaja yang baru masuk adat Nemlaai.
-
Tamu
yang baru menjadi warga desa.
-
Tingkat
remaja yang baru memasang busana pusaka.
-
Tingkat
yang baru pulang dari perjalanan jauh.
-
Tingkat
yang melepaskan pakaian berkabung.
b. Ngejuinz : Menari
Semua peserta menari dengan bersuka
ria dengan tarian kuai hainz. Setelah menari semua peserta mengadakan latihan
perang secara bergantian. Sementara ini beberapa orang pergi memasak nasi dalam
bamboo.
c. Muinz : makan.
Semua peserta adai Nemlaai makan nasi
(makanan) yang dimasak dalam bamboo tanpa bumbu, garam dll.
Didalam acara makan ini, semua
peserta duduk berjongkok, maksudnya tetap berjaga, dan nasi terletak disamping
kanan, segala peralatan makan, seperti sendok nasi, daun bungkus nasi, ujungnya
tidak boleh diarahkan kedepan peserta yang makan. Ini maksudnya untuk
menghindari diri dari ujung tombak, panah, duri dsbnya.
d. Neq doung : Lagu pahlawan.
Semua peserta duduk terpisah
laki-laki peserta adat Nemlaai dengan ibu-ibu/gadis remaja menyanyikan lagu
doung yaitu lagu kemenangan, mohon kesejahteraan dalam acara adat Nemlaai dan
peserta adat Nemlaai yang lain bersama ibu-ibu dan gadis remaja menari tarian
doung.
V.
Neq
Saok : tonggak pengesahan
a. Enjaap saaok : timpas tonggak
Semua peserta adat nemlaai menuju
kayu (saaok) yang sudah didirikan dan masing2 peserta adat nemlaai memegang
kayu sasok sambil berdoa syukur karena upacara nemlaai sudah selesai. Setelah
selesai berdoa kayu sasok ditimpas dan bekas timpasan yang jatuh ditanah harus
berlawanan, telungkup dan telentang. Maksud bekas timpasan ini ada yang
telungkup dan ada yang telentang ini adalah pertanda bahwa acara adat nemlaai
sudah diakui syah oleh Yang Maha Kuasa.
b. Ngejuiz : menari
Semua peserta adat nemlaai, para
perempuan dan warga desa menari bersuka ria bersyukur karena adat nemlaai sudah
berhasil dengan baik.
c. Leq lejuinz : piknik
Semua peserta adat nemlaai dan warga
desa pergi piknik di karangan (pulau kecil ditengah sungai yang terbentuk dari
kumpulan kerikil dan batuan sungai lainnya) dengan bersuka ria dan acara ini
diadakan sebagai tanda bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena adat nemlaai
sudah berhasil dengan baik.
d. Enjuek : Lagu dan tari.
Semua peserta adat nemlaai menyanyi
sambil menari, tanda bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena sudah boleh
berkumpul dengan keluarga kembali.
-- S E L E S A I --
Sarua Indah Ciputat, tengah
Februari 2012
Flora Inglin
H.Moerdani.