Sabtu, 08 April 2017

Meluruskan fatwa Zakir Naik yang menyalahkan Tahlilan dan Yasinan.

Kamis, 06 April 2017

Dalam video youtube dibawah ini Zakir Naik dan ustad Wahabi lainnya mengatakan Tahlilan adalah Bid’ah, juga dalam video dibawah ini menyalahkan Buya Yahya yang telah mengkritiknya, simak video berikut:

<iframe width="326" height="256" src="https://www.youtube.com/embed/0_6aHuyiZ6M" frameborder="0" allowfullscreen></iframe>

Untuk membantah kedua wahabi diatas, berikut kajiannya:

Sebelum kita berani mengatakan bahwa tahlilan dan yasinan adalah bid’ah,ada baiknya terlebih dahulu kita mengetahui/mencari tahu devinisi Bid’ah menurut para ‘ulama, kemudian kita mencari tahu devinisi tahlilan dan yasinan,setelah kita tahu devinisi keduanya baru kita menyimpulkan apakh tahlilan dan yasinan termasuk bid’ah dholalah,atau sunnah.?

DEVINISI BID’AH

Imam Syafi’i rahimahullah,seorang ‘ulama besar pendiri madzhab syaafi’iyyah,mendefinisikan, bid’ah sbb,
ما أحدث يخالف كتابا أو سنة اأو أثرا أو اجماعا, فهذه البدعة الضلالة. وما أحدث من الخير, لا خلاف فيه لواحد من هذه الأصول, فهذه محدثة غير مذمومة. 
“ Bid’ah adalah apa-apa yang diadakan yang menyelisihi kitab Allah dan sunah-NYA, atsar, atau ijma’ maka inilah bid’ah yang sesat. Adapun perkara baik yang diadakan, yang tidak menyelisihi salah satu pun prinsip-prinsip ini maka tidaklah termasuk perkara baru yang tercela.”

Imam Ibnu Rojab rahimahullah dalam kitabnya yang berjudul “ Jami’ul Ulum wal Hikam “ mengatakan bahwa bid’ah adalah,
ما أُحْدِثَ ممَّا لا أصل له في الشريعة يدلُّ عليه ، فأمَّا ما كان له أصلٌ مِنَ الشَّرع يدلُّ عليه ، فليس ببدعةٍ شرعاً ، وإنْ كان بدعةً لغةً ، 

“ Bid’ah adalah apa saja yang dibuat tanpa landasan syari’at. Jika punya landasan hukum dalam syari’at, maka bukan bid’ah secara syari’at, walaupun termasuk bid’ah dalam tinjauan bahasa.”

Dalam definisi bid’ah yang dikemukakan oleh para ulama’ di atas, bukankah bisa difahami bahwa perkara baru atau perkara yang tidak ada contohnya dari Rasulullah SAW itu dibagi dua yaitu perkara baru yang sama sekali tidak ada dasarnya dalam syare’at dan perkara baru yang ada dasarnya dalam syare’at. Ibnu Rojab menegaskan bahwa perkara baru yang ada dasarnya dalam syare’at, itu tidak bisa dikatakan bid’ah secara syare’at walaupun sebenarnya ia termasuk bid’ah secara bahasa, dan jika suatu amalan dianggap bid’ah secara bahasa,tapi tidak secara syare’at,maka amalan tersebut boleh dilakukan,selagi tidak ada nash yang nyata nyata melarangnya.

Setelah kita tahu devinisi bid’ah menurut para ‘ulama,sekarang mari kita lihat devinisi tahlilan dan yasinan.

DEFINISI TAHLILAN DAN YASINAN
Kata Tahlilan berasal dari bahasa Arab tahliil (تَهْلِيْلٌ) dari akar kata:
هَلَّلَ – يُهَلِّلُ – تَهْلِيْلا
yang berarti mengucapkan kalimat: لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ . Kata tahlil dengan pengertian ini telah muncul dan ada di masa Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam, sebagaimana dalam sabda beliau:

عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى .رواه مسلم
“ Dari Abu Dzar radliallahu ‘anhu, dari Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam, sesungguhnya beliau bersabda: “Bahwasanya pada setiap tulang sendi kalian ada sedekah. Setiap bacaan tasbih itu adalah sedekah, setiap bacaan tahmid itu adalah sedekah, setiap bacaan TAHLIL itu adalah sedekah, setiap bacaan takbir itu adalah sedekah, dan amar ma’ruf nahi munkar itu adalah sedekah, dan mencukupi semua itu dua rakaat yang dilakukan seseorang dari sholat Dluha.” (Hadits riwayat: Muslim).

sedangkan yasinan adalah acara membaca surat yasin yang biasanya juga dirangkai dengan tahlilan. Di kalangan masyarakat Indonesia istilah tahlilan dan yasinan populer digunakan untuk menyebut sebuah acara dzikir bersama, doa bersama, atau majlis dzikir. Singkatnya, acara tahlilan, dzikir bersama, majlis dzikir, atau doa bersama adalah ungkapan yang berbeda untuk menyebut suatu kegiatan yang sama, yaitu: kegiatan individual atau berkelompok untuk berdzikir kepada Allah SWT, Pada hakikatnya tahlilan/yasinan adalah bagian dari dzikir kepada Allah SWT

2. Dalil-dalil tentang dzikir bersama

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ مُعَاوِيَةُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَى حَلْقَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ: مَا أَجْلَسَكُمْ ؟. قَالُوا: جَلَسْنَا نَذْكُرُ اللَّهَ وَنَحْمَدُهُ عَلَى مَا هَدَانَا لِلْإِسْلَامِ وَمَنَّ بِهِ عَلَيْنَا. قَالَ: آللَّهِ مَا أَجْلَسَكُمْ إِلَّا ذَاكَ؟ قَالُوا: وَاللَّهِ مَا أَجْلَسَنَا إِلَّا ذَاكَ. قَالَ أَمَا إِنِّي لَمْ أَسْتَحْلِفْكُمْ تُهْمَةً لَكُمْ وَلَكِنَّهُ أَتَانِي جِبْرِيلُ فَأَخْبَرَنِي أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِي بِكُمُ الْمَلَائِكَةَ . رواه أحمد و مسلم و الترمذي و النسائي

“ Dari Abu Sa’id al-Khudriy radliallahu ‘anhu, Mu’awiyah berkata: Sesungguhnya Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam pernah keluar menuju halaqah (perkumpulan) para sahabatnya, beliau bertanya: “Kenapa kalian duduk di sini?”. Mereka menjawab: “Kami duduk untuk berdzikir kepada Allah dan memujiNya sebagaimana Islam mengajarkan kami, dan atas anugerah Allah denganIslam untuk kami”. Nabi bertanya kemudian: “Demi Allah, kalian tidak duduk kecuali hanya untuk ini?”. Jawab mereka: “Demi Allah, kami tidak duduk kecuali hanya untuk ini”. Nabi bersabda: “Sesungguhnya aku tidak mempunyai prasangka buruk terhadap kalian, tetapi malaikat Jibril datang kepadaku dan memberi kabar bahwasanya Allah ‘Azza wa Jalla membanggakan tindakan kalian kepada para malaikat”. (Hadits riwayat: Ahmad, Muslim, At-Tirmidziy dan An-Nasa`iy).

Jika kita perhatikan hadits ini, dzikir bersama yang dilakukan para sahabat tidak hanya sekedar direstui oleh Nabi Muhammad SAW, tetapi Nabi juga memujinya, karena pada saat yang sama Malaikat Jibril memberi kabar bahwa Allah ‘Azza wa Jalla membanggakan kreatifitas dzikir bersama yang dilakukan para sahabat ini kepada para malaikat.

Sekarang marilah kita perhatikan hadits berikut ini

عَنِ الْأَغَرِّ أَبِي مُسْلِمٍ أَنَّهُ قَالَ أَشْهَدُ عَلَى أَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّهُمَا شَهِدَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ. رواه مسلم

“Dari Al-Agharr Abu Muslim, sesungguhnya ia berkata: Aku bersaksi bahwasanya Abu Hurairah dan Abu Said Al-Khudzriy bersaksi, bahwa sesungguhnya Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Tidak duduk suatu kaum dengan berdzikir bersama-sama kepada Allah ‘Azza   wa Jalla, kecuali para malaikat mengerumuni mereka, rahmat Allah mengalir memenuhi mereka, ketenteraman diturunkan kepada mereka, dan Allah menyebut mereka dalam golongan orang yang ada disisiNya”. (Hadits riwayat Muslim)
dan masih banyak lagi hadts hadits shohih yang menjelaskan tentang ke utamaan dzikir berjama’ah.

3. DASAR – DASAR BACAAN YANG ADA DALAM ACARA YASINAN DAN TAHLILAN

Seluruh bacaan dan dzikir yang kita baca dalam yasinan dan tahlilan semua mengandung ke utamaan – ke utamaan,dan Rosululloh SAW sendiri menyuruh  kita untuk membacanya. 

Bacaan-bacaan yang selalu dibaca dalam acara tahlilan yaitu:

1. Membaca Surat Al-Fatihah.

Dalil mengenai  keutaman Surat Al Fatihah:

Sabda Rosululloh SAW.
Artinya: “Dari Abu Sa`id Al-Mu’alla radliallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda kepadaku: “Maukah aku ajarkan kepadamu surat yang paling agung dalam Al-Qur’an, sebelum engkau keluar dari masjid?”. Maka Rasulullah memegang tanganku. Dan ketika kami hendak keluar, aku bertanya: “Wahai Rasulullah! Engkau berkata bahwa engkau akan mengajarkanku surat yang paling agung dalam Al-Qur’an”. Beliau menjawab: “Al-Hamdu Lillahi Rabbil-Alamiin (Surat Al-Fatihah), ia adalah tujuh surat yang diulang-ulang (dibaca pada setiap sholat), ia adalah Al-Qur’an yang agung yang diberikan kepadaku”. 
(Hadits riwayat: Al-Bukhari). 

2. Membaca Surat Yasin.

Dalil mengenai keutamaan Surat Yasin.
Sabda Rosuululloh SAW
“Artinya”Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu., ia berkata: “Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa membaca surat Yasin di malam hari, maka paginya ia mendapat pengampunan, dan barangsiapa membaca surat Hamim yang didalamnya diterangkan masalah Ad-Dukhaan (Surat Ad-Dukhaan), maka paginya ia mendapat mengampunan”. (Hadits riwayat: Abu Ya’la). Sanadnya baik. (Lihat tafsir Ibnu Katsir dalam tafsir Surat Yaasiin) 

Rosululloh SAW juga bersabda,
Artinya“ Dari Ma’qil bin Yasaar radliallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Bacalah Surat Yaasiin atas orang mati kalian” (Hadits riwayat: Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Sabda Rosululloh SAW,
Artinya“ Dari Ma’qil bin Yasaar radliallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: Surat Al-Baqarah adalah puncak Al-Qur’an, 80 malaikat menyertai diturunkannya setiap ayat dari surat ini. Dan Ayat laa ilaaha illaa Huwa Al-Hayyu Al-Qayyuumu (Ayat Kursi) dikeluarkan lewat bawah ‘Arsy, kemudian dimasukkan ke dalam bagian Surat Al-Baqarah. Dan Surat Yaasiin adalah jantung Al-Qur’an, seseorang tidak membacanya untuk mengharapkan Allah Tabaaraka wa Ta’aalaa dan Hari Akhir (Hari Kiamat), kecuali ia diampuni dosa-dosanya. Dan bacalah Surat Yaasiin pada orang-orang mati kalian”.
(Hadits riwayat: Ahmad)

3. Membaca Surat Al-Ikhlash.

Dalil mengenai keutamaan Surat Al-Ikhlash.
Rosululloh SAW bersabda,
Artinya“ Dari Abu Said Al-Khudriy radliallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabatnya: “Apakah kalian tidak mampu membaca sepertiga Al-Qur’an dalam semalam?”. Maka mereka merasa berat dan berkata: “Siapakah di antara kami yang mampu melakukan itu, wahai Rasulullah?”. Jawab beliau: “Ayat Allahu Al-Waahid Ash-Shamad (Surat Al-Ikhlash maksudnya), adalah sepertiga Al-Qur’an” 
(Hadits riwayat: Al-Bukhari).

Imam Ahmad meriwayatkan:

Artinya“ Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam mendengar seseorang membaca Qul huwaAllahu Ahad (Surat Al-Ikhlash). Maka beliau bersabda: “Pasti”. Mereka (para sahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah, apa yang pasti?”. Jawab beliau: “Ia pasti masuk surga”. 
(Hadits riwayat: Ahmad).

4. Membaca Surat Al-Falaq

5. Membaca Surat An-Naas

Dalil keutamaan Surat Al-Falaq dan An-Naas.

Artinya“ Dari Aisyah radliallahu ‘anhaa, “bahwasanya Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bila merasa sakit beliau membaca sendiri Al-Mu`awwidzaat (Surat Al-Ikhlas, Surat Al-Falaq dan Surat An-Naas), kemudian meniupkannya. Dan apabila rasa sakitnya bertambah aku yang membacanya kemudian aku usapkan ke tangannya mengharap keberkahan dari surat-surat tersebut”.
(Hadits riwayat: Al-Bukhari).

6. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 1 sampai 5
7. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 163
8. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 255 (Ayat Kursi)
9. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 284 sampai akhir Surat.

Dalil keutamaan ayat-ayat tersebut:

Artinya”Dari Abdullah bin Mas’ud radliallahu ‘anhu, ia berkata: “Barangsiapa membaca 10 ayat dari Surat Al-Baqarah pada suatu malam, maka setan tidak masuk rumah itu pada malam itu sampai pagi, Yaitu 4 ayat pembukaan dari Surat Al-Baqarah, Ayat Kursi dan 2 ayat sesudahnya, dan 3 ayat terakhir yang dimulai lillahi maa fis-samaawaati..)” (Hadits riwayat: Ibnu Majah).

10. Membaca Istighfar ,

Dalil keutamaan membaca istighfar:

Allah SWT berfirman:

 “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat”. (QS. Huud: 3)

Sabda Rosululoh SAW.
“ Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu : Aku mendengar Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Demi Allah! Sungguh aku beristighfar (memohon ampun) dan bertaubat kepadaNya lebih dari 70 kali dalam sehari”. (Hadits riwayat: Al-Bukhari).

Sbda Rosululloh SAW.
“ Dari Al-Aghar bin Yasaar Al-Muzani radliallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Wahai manusia! Bertaubatlah kepada Allah. Sesungguhnya aku bertaubat kepadaNya seratus kali dalam sehari”. (Hadits riwayat: Muslim).

11. Membaca Tahlil : لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ
12. Membaca Takbir : اَللهُ أَكْبَرُ
13. Membaca Tasbih : سُبْحَانَ اللهِ
14. Membaca Tahmid : الْحَمْدُ للهِ

Dalil mengenai keutamaan membaca tahlil, takbir dan tasbih:
Sabda Rosululloh SAW.
Artinya“ Dari Jabir bin Abdullah radliallahu ‘anhumaa, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik Dzikir adalah ucapan Laa ilaaha illa-Llah, dan sebaik-baik doa adalah ucapan Al-Hamdi li-Llah”. (Hadits riwayat: At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Sabda Rosululloh SAW.
Artinya“ Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, dari Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Ada dua kalimat yang ringan di lidah, berat dalam timbangan kebaikan dan disukai oleh Allah Yang Maha Rahman, yaitu Subhaana-Llahi wa bihamdihi, Subhaana-Llahi Al-‘Adzim”.( Hadits riwayat: Al-Bukhari, Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah).
Sabda Rosululloh.
Artinya“ Dari Abu Dzar radliallahu ‘anhu, dari Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam, sesungguhnya beliau bersabda: “Bahwasanya pada setiap tulang sendi kalian ada sedekah. Setiap bacaan tasbih itu adalah sedekah, setiap bacaan tahmid itu adalah sedekah, setiap bacaan tahlil itu adalah sedekah, setiap bacaan takbir itu adalah sedekah, dan amar makruf nahi munkar itu adalah sedekah, dan mencukupi semua itu dua rakaat yang dilakukan seseorang dari sholat Dluha.” (Hadits riwayat: Muslim).

Sumber : http://www.muslimoderat.net/2017/04/meluruskan-fatwa-zakir-naik-yang-menyalahkan-tahlilan-dan-yasinan.html#ixzz4dhikARdm

Minggu, 02 April 2017

Konco konco Benny

Di korps baret merah, Benny punya kolega lawas sejak awal berkarir di militer yang belakangan menjadi orang kepercayaannya. Di antara mereka adalah orang-orang yang terlibat dalam Operasi Seroja.

RupaMerekaBerita Terbaru     

TIRTO.ID » HUMANIORA » Konco-Konco Benny Moerdani dari Batujajar

Konco-Konco Benny Moerdani dari Batujajar

Reporter: Petrik Matanasi

25 Februari 2017dibaca normal 4 menit

Leonardus Benny Moerdani. Foto/istimewa

Leonardus Benjamin Moerdani

 

Aloysius Sugiyanto

 

Dading Kalbuadi

Benny Moerdani punya orang-orang kepercayaan sejak ia di BatujajarBenny bisa merasa aman bekerja di antara orang-orang yang dikenalnya dengan baik

      4.7k Shares

Di korps baret merah, Benny punya kolega lawas sejak awal berkarir di militer yang belakangan menjadi orang kepercayaannya. Di antara mereka adalah orang-orang yang terlibat dalam Operasi Seroja.

tirto.id - Meski belum pernah ikut latihan terjun payung, Benny Moerdani sukses terjun dengan selamat bahkan mampu memimpin pasukannya merebut bandar udara Pekanbaru yang diterjuninya. Benny pun akhirnya disemati wing penerjun oleh atasannya. 

Acara penyematan itu diabadikan oleh kamera milik Dading Kalbuadi. Dading bukan wartawan, melainkan letnan RPKAD (cikal-bakal Kopassus), yang di tahun 1950-1960 berpangkalan di Batujajar, seperti Benny. Mereka sama-sama lulusan Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat (P3AD), sama-sama mantan remaja pejuang dalam revolusi kemerdekaan Indonesia, dan sama-sama memulai karir militer profesionalnya di korps baret merah sejak 1954. 

Setelah berjuang dalam misi menghancurkan pasukan PRRI pada 1958 itu, Dading akhirnya tertembak. Perawatan panjang harus dia lewati. Karirnya kemudian tersalip oleh Benny yang melesat setelah menerima Bintang Sakti pasca-pembebasan Irian Barat. Dalam sejarah karirnya, Benny pernah terlibat operasi menumpas PRRI-PERMESTA di Sumatera dan Sulawesi Utara, operasi Trikora Papua dan Dwikora di Kalimantan. Ketika Benny sudah jadi brigadir Jenderal dan jadi orang penting di intel militer. Sementara, Dading yang lebih tua masih berpangkat kolonel. 

Di masa awal mereka jadi perwira pasukan komando di Batujajar, Dading dan Benny punya senior yang pernah jadi ajudan Letkol Slamet Riyadi. Aloysius Sugianto, sang senior itu, adalah orang yang diperintahkan Kolonel Alex Kawilarang memanggil Rokus Bernadus Visser untuk melatih sebuah pasukan yang awalnya dikenal sebagai Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). 

Sayang, setelah Peristiwa Kranji, Sugianto dibuang dari korps baret merah. Letnan Satu Sugianto, yang pernah menjadi kepercayaan Slamet Riyadi sebelum meninggal serta kepercayaan Kawilarang, juga menjadi kepercayaan Mayor R.A. Djaelani yang jadi komandan RPKAD. 

Djaelani adalah perwira politis yang menyeret pasukannya—yang tak memahami politik kelas perwira—dalam usaha show off force gagal pada 15 November 1955 dan dikenal sebagai Peristiwa Kranji itu. Dari baret merah, Sugianto pindah ke Kostrad dan menjadi orang dekat Ali Moertopo. Pangkat Sugianto juga tersalip Benny.

Sepak-terjang Djaelani itu menimbulkan amarah prajurit-prajurit RPKAD yang merasa diperalat untuk tujuan politik kelompok Zulkifli Lubis. Suatu pagi, sebuah insiden bahkan pecah di asrama Batujajar setelah Peristiwa Kranji. Rentetan senjata api menyala. Kegaduhan itu diceritakan dalam biografi Benny yang ditulis Julius Pour, Benny Moerdani: Profil Prajurit Negarawan (1993). 

Benny, yang sebelumnya dirawat di rumah sakit Cimahi selama sebulan, kebingungan melihat sepeleton pasukan komando berlari dengan wajah beringas. Para prajurit komando yang mengamuk itu tak menyentuh Benny karena menurut mereka, dia bukan orang yang harus dimintai tanggungjawab. Sersan Mayor Agus Hernoto dari bagian Angkutan resimen berada di barisan depan. 

“Mau kemana?!” tanya Agus dengan nada menggertak pada Benny dan dengan senapan Agus yang mengarah ke muka Benny. “Lho, ke kantor,” jawab Benny yang bingung dan balik bertanya, “Lha kalian mau ke mana?”

“Ke Pak Djaelani, dia mengkhianati kita semua,” jawab bintara yang terus maju. Benny pun membuntuti dari belakang. Benny melihat perwira-perwira di asrama diringkus. Hanya dirinya yang tak diringkus. Tak ada waktu lagi untuk mencari tahu. Ketika ditanya pada prajurit yang marah, dia hanya beroleh jawab, “Pak Komandan mengkhianati kita. Para perwira ini mengkhianati kita, kita bunuh saja mereka..”

Benny masih belum paham kesalahan para perwira yang diringkus, tapi tindakan prajurit-prajurit yang merasa diperalat itu tak bisa dibenarkan. Sebagai satu-satunya perwira yang masih tampak dipercaya sebagai kawan oleh prajurit-prajurit marah itu, Benny segera memberi perintah.

“Taruh, taruh itu semua senjata!” serunya, yang ternyata didengar oleh prajurit-prajurit marah itu. “Serahkan semuanya kepada saya.” 

Pertumpahan darah pun tak terjadi. Para perwira itu lalu diamankan ke garnizun Bandung. 

Benny tak melupakan Agus Hernoto setelah peristiwa itu. Ketika orang-orang invalid di RPKAD akan dikeluarkan oleh Kolonel Moeng Parhadimulyo, Benny termasuk perwira yang menentang keras. Di antara mereka terdapat Agus Hernoto yang kehilangan kaki dalam sebuah operasi pembebasan Irian Barat. Permusuhan Benny dengan Moeng belakangan membuat Benny dikeluarkan dari Korps baret merah.

“Ketika Benny keleleran di Kostrad setelah terlempar dari RPKAD, adalah Pak Ali yang menampungnya,” aku Aloysius Sugianto seperti dicatat Salim Said dalam Menyaksikan 30 Tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto (2016). Setelah bersama Kostrad dan ikut operasi di Kalimantan, Benny masuk intelijen menjadi agen lapangan di Asia Tenggara—dari Operasi Khusus (Opsus) bentukan Ali Moertopo. Benny dan Sugianto sempat bersama-sama di Filipina dan Thailand.

Jelang operasi Seroja yang berlanjut pada aneksasi Timor Portugis menjadi provinsi ke-27 Indonesia, Benny bertemu lagi dengan seniornya, Sugianto. Dalam buku Memoar Jenderal Yoga (1990) disebutkan operasi ini melibatkan Benny Moerdani, Aloysius Sugianto, Agus Hernoto, Subrata, dan Alex Dinuth.

Benny dan Sugianto terlibat dua operasi berbeda, namun misi utamanya sama: menggabungkan Timor dengan Indonesia. Ketika itu, Sugianto sudah Kolonel dan menjadi direktur urusan kebudayaan yang bekerja di bawah Deputi III Bakin Mayor Jenderal Ali Moertopo. Sugianto yang menyamar menjadi pejabat pemasaran perusahaan dagang fiktif di Surabaya memasuki kawasan Timor Portugis sebulan sekali. Kala Sugianto rajin ke Timor inilah Ali Moertopo merancang Operasi Komodo. 

Belakangan, Benny, menurut Ken Conboy dalam Intel: Menguak Takbir Dunia Intelijen Indonesia (2007), juga menyetujui operasi rahasia lain bernama Operasi Flamboyan yang lebih bersifat militer ketimbang operasi Komodo. Menurut Ken Conboy, Benny adalah salah satu dari sekian jenderal di Bakin yang disebut hawkish (gemar bertempur). Dalam operasi Flamboyan ini, Dading bergabung di dalamnya. Begitupun Agus Hernoto yang sudah mengenakan kaki palsu. 

Bulan Februari 1975, delapan pentolan operasi Flamboyan membangun pos pemantauan di dekat pos Operasi Komodo. Ketika itu, Operasi Komodo sudah membina orang-orang dari partai Apodeti yang mulai condong pro-integrasi dengan Indonesia. 

Dading dan operasinya yang baru jalan pun ada niatan untuk mengambil-alih pelatihan orang-orang Apodeti. Terkait operasi terhadap Timor Portugis itu, Benny dan Dading sering berkoordinasi. Termasuk dalam usaha merebut dokumen penting dari Mayor Antonio Joao Soares, perwira militer Portugis. Usaha itu sukses. 

Konco-Konco Benny Moerdani dari Batujajar

Reporter: Petrik Matanasi
25 Februari 2017dibaca normal 4 menit
Leonardus Benny Moerdani. Foto/istimewa



Di korps baret merah, Benny punya kolega lawas sejak awal berkarir di militer yang belakangan menjadi orang kepercayaannya. Di antara mereka adalah orang-orang yang terlibat dalam Operasi Seroja.

tirto.id - Meski belum pernah ikut latihan terjun payung, Benny Moerdani sukses terjun dengan selamat bahkan mampu memimpin pasukannya merebut bandar udara Pekanbaru yang diterjuninya. Benny pun akhirnya disemati wing penerjun oleh atasannya. 

Acara penyematan itu diabadikan oleh kamera milik Dading Kalbuadi. Dading bukan wartawan, melainkan letnan RPKAD (cikal-bakal Kopassus), yang di tahun 1950-1960 berpangkalan di Batujajar, seperti Benny. Mereka sama-sama lulusan Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat (P3AD), sama-sama mantan remaja pejuang dalam revolusi kemerdekaan Indonesia, dan sama-sama memulai karir militer profesionalnya di korps baret merah sejak 1954. 

Setelah berjuang dalam misi menghancurkan pasukan PRRI pada 1958 itu, Dading akhirnya tertembak. Perawatan panjang harus dia lewati. Karirnya kemudian tersalip oleh Benny yang melesat setelah menerima Bintang Sakti pasca-pembebasan Irian Barat. Dalam sejarah karirnya, Benny pernah terlibat operasi menumpas PRRI-PERMESTA di Sumatera dan Sulawesi Utara, operasi Trikora Papua dan Dwikora di Kalimantan. Ketika Benny sudah jadi brigadir Jenderal dan jadi orang penting di intel militer. Sementara, Dading yang lebih tua masih berpangkat kolonel. 

Di masa awal mereka jadi perwira pasukan komando di Batujajar, Dading dan Benny punya senior yang pernah jadi ajudan Letkol Slamet Riyadi. Aloysius Sugianto, sang senior itu, adalah orang yang diperintahkan Kolonel Alex Kawilarang memanggil Rokus Bernadus Visser untuk melatih sebuah pasukan yang awalnya dikenal sebagai Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). 

Sayang, setelah Peristiwa Kranji, Sugianto dibuang dari korps baret merah. Letnan Satu Sugianto, yang pernah menjadi kepercayaan Slamet Riyadi sebelum meninggal serta kepercayaan Kawilarang, juga menjadi kepercayaan Mayor R.A. Djaelani yang jadi komandan RPKAD. 

Djaelani adalah perwira politis yang menyeret pasukannya—yang tak memahami politik kelas perwira—dalam usaha show off force gagal pada 15 November 1955 dan dikenal sebagai Peristiwa Kranji itu. Dari baret merah, Sugianto pindah ke Kostrad dan menjadi orang dekat Ali Moertopo. Pangkat Sugianto juga tersalip Benny.

Sepak-terjang Djaelani itu menimbulkan amarah prajurit-prajurit RPKAD yang merasa diperalat untuk tujuan politik kelompok Zulkifli Lubis. Suatu pagi, sebuah insiden bahkan pecah di asrama Batujajar setelah Peristiwa Kranji. Rentetan senjata api menyala. Kegaduhan itu diceritakan dalam biografi Benny yang ditulis Julius Pour, Benny Moerdani: Profil Prajurit Negarawan (1993). 

Benny, yang sebelumnya dirawat di rumah sakit Cimahi selama sebulan, kebingungan melihat sepeleton pasukan komando berlari dengan wajah beringas. Para prajurit komando yang mengamuk itu tak menyentuh Benny karena menurut mereka, dia bukan orang yang harus dimintai tanggungjawab. Sersan Mayor Agus Hernoto dari bagian Angkutan resimen berada di barisan depan. 

“Mau kemana?!” tanya Agus dengan nada menggertak pada Benny dan dengan senapan Agus yang mengarah ke muka Benny. “Lho, ke kantor,” jawab Benny yang bingung dan balik bertanya, “Lha kalian mau ke mana?”

“Ke Pak Djaelani, dia mengkhianati kita semua,” jawab bintara yang terus maju. Benny pun membuntuti dari belakang. Benny melihat perwira-perwira di asrama diringkus. Hanya dirinya yang tak diringkus. Tak ada waktu lagi untuk mencari tahu. Ketika ditanya pada prajurit yang marah, dia hanya beroleh jawab, “Pak Komandan mengkhianati kita. Para perwira ini mengkhianati kita, kita bunuh saja mereka..”

Benny masih belum paham kesalahan para perwira yang diringkus, tapi tindakan prajurit-prajurit yang merasa diperalat itu tak bisa dibenarkan. Sebagai satu-satunya perwira yang masih tampak dipercaya sebagai kawan oleh prajurit-prajurit marah itu, Benny segera memberi perintah.

“Taruh, taruh itu semua senjata!” serunya, yang ternyata didengar oleh prajurit-prajurit marah itu. “Serahkan semuanya kepada saya.” 

Pertumpahan darah pun tak terjadi. Para perwira itu lalu diamankan ke garnizun Bandung. 

Benny tak melupakan Agus Hernoto setelah peristiwa itu. Ketika orang-orang invalid di RPKAD akan dikeluarkan oleh Kolonel Moeng Parhadimulyo, Benny termasuk perwira yang menentang keras. Di antara mereka terdapat Agus Hernoto yang kehilangan kaki dalam sebuah operasi pembebasan Irian Barat. Permusuhan Benny dengan Moeng belakangan membuat Benny dikeluarkan dari Korps baret merah.

“Ketika Benny keleleran di Kostrad setelah terlempar dari RPKAD, adalah Pak Ali yang menampungnya,” aku Aloysius Sugianto seperti dicatat Salim Said dalam Menyaksikan 30 Tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto (2016). Setelah bersama Kostrad dan ikut operasi di Kalimantan, Benny masuk intelijen menjadi agen lapangan di Asia Tenggara—dari Operasi Khusus (Opsus) bentukan Ali Moertopo. Benny dan Sugianto sempat bersama-sama di Filipina dan Thailand.

Jelang operasi Seroja yang berlanjut pada aneksasi Timor Portugis menjadi provinsi ke-27 Indonesia, Benny bertemu lagi dengan seniornya, Sugianto. Dalam buku Memoar Jenderal Yoga (1990) disebutkan operasi ini melibatkan Benny Moerdani, Aloysius Sugianto, Agus Hernoto, Subrata, dan Alex Dinuth.

Benny dan Sugianto terlibat dua operasi berbeda, namun misi utamanya sama: menggabungkan Timor dengan Indonesia. Ketika itu, Sugianto sudah Kolonel dan menjadi direktur urusan kebudayaan yang bekerja di bawah Deputi III Bakin Mayor Jenderal Ali Moertopo. Sugianto yang menyamar menjadi pejabat pemasaran perusahaan dagang fiktif di Surabaya memasuki kawasan Timor Portugis sebulan sekali. Kala Sugianto rajin ke Timor inilah Ali Moertopo merancang Operasi Komodo. 

Belakangan, Benny, menurut Ken Conboy dalam Intel: Menguak Takbir Dunia Intelijen Indonesia (2007), juga menyetujui operasi rahasia lain bernama Operasi Flamboyan yang lebih bersifat militer ketimbang operasi Komodo. Menurut Ken Conboy, Benny adalah salah satu dari sekian jenderal di Bakin yang disebut hawkish (gemar bertempur). Dalam operasi Flamboyan ini, Dading bergabung di dalamnya. Begitupun Agus Hernoto yang sudah mengenakan kaki palsu. 

Bulan Februari 1975, delapan pentolan operasi Flamboyan membangun pos pemantauan di dekat pos Operasi Komodo. Ketika itu, Operasi Komodo sudah membina orang-orang dari partai Apodeti yang mulai condong pro-integrasi dengan Indonesia. 

Dading dan operasinya yang baru jalan pun ada niatan untuk mengambil-alih pelatihan orang-orang Apodeti. Terkait operasi terhadap Timor Portugis itu, Benny dan Dading sering berkoordinasi. Termasuk dalam usaha merebut dokumen penting dari Mayor Antonio Joao Soares, perwira militer Portugis. Usaha itu sukses. 

Konco-Konco Benny Moerdani dari Batujajar

Dading punya peran penting dalam Operasi Seroja yang berhasil merebut Timor. Beberapa foto Dading yang gondrong dan bertopi ala cowboy di Timor Leste banyak beredar. Dalam operasi itu, Dading membangun Timor Timur yang dipimpin perwira menengah macam Yunus Yosfiah, Tarub, Sutiyoso, atau Kuntara. Belakangan mereka menjadi jenderal. 

Dading memimpin pasukan elit yang terdiri dari beberapa tim seperti Umi atau Susi, sedangkan Agus yang perwira intel juga pernah ikut serta dalam pertempuran juga. 

“Agus saat itu dengan gagah berani melakukan rekayasa peledakan dengan menggunakan jerigen besar berisi TNT seberat 25 kilogram dan dipasang sumbu di atasnya. Bom itu diledakkan dengan cara membakar sumbu dari helikopter lalu dilempar ke bawah, ke arah musuh," cerita Kiki Syahnakri (Antara, 12/08/2015). 

Selain itu, Agus sering terlihat di sekitar Atambua mengemudikan jeep dengan kap terbuka. Dia adalah orang lapangan Benny sepanjang operasi penyatuan Timor Portugis itu ke Indonesia. Menurut Sintong, dalam bukunya Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando (2009), Agus sering mendatangi dan menghibur prajurit-prajurit yang terluka. 

Benny cukup dekat dengan Dading. Bahkan sebelum berangkat ke Timor, Benny berusaha mengingatkan kawannya itu mengenai bahaya operasi yang akan dijalaninya. “Ini mungkin one way ticket,” kata Benny. Dading yang dipercaya Benny itu lalu bilang, “Sudahlah Ben, tak apa-apa. Saya kerjakan... tapi tolong, titip keluarga saya, kalau nanti saya tidak kembali.”

Dading ternyata kembali dengan gemilang. Pangkat terakhirnya di militer adalah letnan jenderal, sedangkan Benny jenderal penuh. Sementara, pangkat Agus Hernoto yang terakhir adalah kolonel. Semuanya disegani dalam sejarah korps baret merah, juga dunia intel militer Indonesia. Mereka termasuk kawan lama yang dipercaya Benny. 

Menurut Teddy Rusdy, seperti dikutip Salim Said dalam bukunya, “Benny itu orang intel. Dia merasa aman berada dan bekerja di sekitar orang yang dikenalnya dengan baik.” 

Baca juga artikel terkait SEJARAH INDONESIA atau tulisan menarik lainnya Petrik Matanasi 

(tirto.id - pet/msh)

https://tirto.id/konco-konco-benny-moerdani-dari-batujajar-cjFT