Lima bulan kemudian dokter yang merawatnya di Robert H. Lurie Children’s Hospital of Chicago menyebutkan Jazlyn membutuhkan transplantasi hati segera, kalau tidak ia akan segera meninggal. Orang yang memenuhi syarat jadi donornya adalah kedua orangtuanya.
Sang ayah, Eduardo Camargo, menyanggupi dirinya yang akan menjadi donor, bukan istrinya. “Kami memiliki dua anak perempuan lain dan mereka lebih membutuhkan ibunya dibanding ayahnya,” katanya memberi alasan.

Camargo tentu saja terpukul. Tetapi ia bersikeras ingin menjadi donor. Satu-satunya cara adalah ia harus menurunkan berat badannya secepat mungkin. Ada waktu dua bulan untuk melakukan itu.
Camargo menyanggupi. Sejak saat itu ia melakukan diet ketat, berolahraga, dan hal lainnya yang memungkinkan berat badannya turun. “Setiap kali pulang kerja, saya pergi kegym dan lari sejauh enam mil setiap hari selama satu jam. Ketika lari saya menangis dan memohon pada Tuhan agar bisa menolong anak saya,” katanya.
Dua bulan kemudian berat badannya susut 30 pound (13 kg). Lebih dari itu, ketika hatinya diperiksa, kadar lemaknya sudah menyusut dan berada 2% di bawah batas maksimal. Artinya hatinya benar-benar sehat. Berita lain datang. Sehari menjelang operasi, Jazlyn mengalami kondisi buruk yang mengkhawatirkan. Sampai akhirnya proses transplantasi hati dilakukan. Dokter mengambil 20% hati Camargo dan didonorkan ke Jazlyn.

Jazlyn sekarang berusia 20 bulan dan tumbuh dengan sehat. Meski begitu Camargo selalu was-was. “Setiap kali saya akan pergi kerja di pagi hari, saya menengok Jazlyn dan mengganggunya agar dia bangun. Saya akan pergi kerja dengan tenang kalau sudah melihat ia membuka matanya dan melihat saya,” katanya. “Setiap kali ia membuka mata dan melihat saya, saya bisa pergi dengan bahagia,” tuturnya. Itulah buah kecintaannya pada sang anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar